Jumat, 20 Juli 2012

Kapolda Sulteng Dituding Lakukan Pembohongan Publik

Aksi represif aparat kepolisian yang menembaki warga Balaesang Tanjung hingga tewas, dinilai sebagai bentuk dari ketidakprofesional Polisi dalam menangani masalah di tingkat masyarakat. Aksi penembakan itu, merupakan buntut dari pro dan kontra keberadaan PT Citra Manunggal Abadi (CMA) di Balaesang Tanjung.

Para pemuda di Kabupaten Donggala mengutuk keras tindakan polisi dan mendesak Mabes Polri untuk mencopot para petinggi kepolisian di daerah ini.  “Kapolda, Kapolres Donggala dan Kapolsek Balaesang harus diganti. Karena berkat kepemimpinannya Polisi menjadi tidak profesinal. Bahkan diduga hanya mementingkan pengusaha yang berduit daripada rakyat kecil yang miskin,” jelas Ketua KNPI Kabupaten Donggala Mohammad Aswan SH kepada Radar Sulteng (JPNN Group), Kamis (19/7).
Harusnya kata Aswan, di bulan puasa ini, polisi lebih arif dalam mengatasi masalah kericuhan di lokasi tambang PT CMA, tapi dengan adanya warga yang tewas akibat timah panas itu menjadi bukti bahwa polisi hanya mementingkan pihak yang berduit. “Kami tidak setuju kalau warga anarkis, tapi kami lebih tidak setuju kalau polisi harus menembaki warga. Kasihan warga yang sudah susah, malah ditembak lagi,” tandasnya.

Aswan juga menuding, pihak kepolisian telah melakukan pembohongan publik, seperti yang diutarakan oleh Kapolsek Balaesang AKP Teguh Basuki, bahwa penembakan yang dilakukan polisi hanya menggunakan peluru karet dan hampa. “Kalau karet, kenapa ada warga yang tewas. Ini bentuk pembohongan publik,” ujar Aswan dengan nada kesal.

Bahkan terang Aswan, pernyataan Kapolres Donggala AKBP Dicky Aryanto yang menyebutkan tidak ada warga yang kena tembak juga merupakan bentuk pembohongan publik. “Kalau tidak ada yang ditembak, terus yang tewas itu kena apa. Tidak mungkin ada jin yang ikut menembak warga,” jelas Aswan.

Masih Kata Aswan, pernyataan Kapolda Sulteng Dewa Parsana, yang mengatakan pihak kepolisian, dalam menyelesaikan masalah tidak serta merta mengedepankan pasukan dan senjata, juga dinilai hanya bentuk pembelaan saja, karena kenyataannya, warga Balaesang Tanjung tewas diduga terkena timah panas dari senjata milik polisi.

“Kami atas nama pemuda Kabupaten Donggala mengecam dan mengutuk aksi brutal polisi. Dan kami juga tegaskan agar Kapolri Jenderal Timur Prodopo mencopot petinggi Polisi di Sulteng, di Donggala, dan di Balaesang, karena tidak mampu mengontrol anak buahnya di lapangan,” tandasnya.

Aswan juga meminta agar pasukan kepolisian di Balaesang Tanjung ditarik, karena bukan menyelesaikan masalah, malah menambah masalah baru di daerah itu. “Harusnya polisi itu dapat menuntaskan masalah, tapi ini malah menambah masalah baru,”  pungkasnya. (fer)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar