Jumat, 20 Juli 2012

Bentrok Donggala, DPR Segera Tanyai Kapolri

Anggota Komisi III DPR Syarifudin Sudding mengecam aksi represif aparat hingga menewaskan warga Desa Malei, Donggala, Palu. Sudding menegaskan, aksi brutal aparat itu patut dikecam.

"Tindakan refresif aparat terhadap warga sampai ada yang meninggal adalah suatu tindakan brutal dan patut untuk dikecam," kata Syarifudin Suding saat dihubungi JPNN dari Jakarta, Jumat (20/7).

Seperti diketahui, seorang warga Desa Malei yang sempat dirawat di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara, akhirnya meninggal dunia. Korban diduga terkena peluru aparat yang melakukan penangkapan terhadap beberapa warga di Desa Malei.
Korban yang diketahui bernama Mashudin alias Sondo (48), sempat menjalani operasi selama kurang lebih dua jam di RS Bhayangkara. Korban dirujuk ke Palu sekitar pukul 01.00 dini hari waktu setempat, setelah dirawat di Puskesmas Tompe.

Korban kemudian menjalani operasi Sekitar pukul 11.00 WITA. Sekitar pukul 13.30, korban keluar dari ruang operasi.  Dari informasi yang diperoleh, korban meninggal sekitar pukul 14.00 WITA. Ini merupakan buntut konflik warga dengan sebuah perusahaan tambang.

Sudding menegaskan, seharusnya aparat melakukan tindakan-tindakan persuasif untuk menghindari jatuhnya korban jiwa dalam menangani aksi-aksi protes masyarakat. "Harus tindakan persuasif dikedepankan," tegas politisi Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) itu.

Dijelaskan Sudding, Komisi III DPR akan menanyakan insiden itu ke Kapolri. "Nantinya oleh Komisi III 3 akan menanyakan apakah penanganan aksi tersebut menyalahi protap dan siapa yang bertanggungjawab atas meninggalnya warga," pungkas Sudding. (boy/jpnn)
 

1 komentar:

  1. Apakah Aparat keamanan yang membackingi perusahaan harus mengorbankan rakyatnya?

    BalasHapus