Minggu, 01 Juli 2012

Ical Capres, Rakyat “Stress” ?

666,
Rakyat yang mana dulu ? Rakyat Indonesia pada umumnya, dan rakyat korban Lumpur Lapindo pada khususnya. Bagaimana rakyat tidak akan stres ? Menangani korban lumpur yang jumlahnya “hanya” ratusan KK yang diakibatkan oleh eksplorasi perusahaan dalam kelompok Bakrie saja sampai sekarang (6 tahun berlalu) belum juga tuntas. Bagaimana bisa diharapkan mampu  menangani problem rakyat Indonesia dari Porong sampai Sorong yang berjumlah dua ratus jutaan  dengan pelbagai macam persoalan.

Sampai-sampai untuk menarik perhatian pemilik Lapindo dan juga pemerintah pusat agar persoalan lumpur Lapindo segera dituntaskan,  ada yang nekat berjalan kaki dari kawasan lumpur Lapindo ke Jakarta. Mereka, para korban, tentu saja berharap jangan sampai persoalan para korban itu malah  dibenamkan ke lumpur dalam-dalam. Sudah 6 tahun (lho….)  persoalan ganti rugi korban Lumpur Lapindo tidak  semuanya tuntas diselesaikan. Jika semua persoalan itu tuntas,  tentu saja tak harus seorang Haris Suwandi, salah seorang korban, berjalan kaki dari Porong ke Jakarta hanya ingin nasibnya diperhatikan dan dituntaskan persoalan ganti ruginya.

Eit, jangan salah ! Justru dengan majunya Ical menjadi Capres tahun 2014, siapa tahu penyelesaian persoalan korban lumpur Lapindo bisa lebih cepat. Bagaimanapun persoalan Lapindo itu telah menjadi penghalang yang serius bagi Aburizal Bakrie untuk meraih simpati. Maka untuk dapat menarik simpati rakyat agar memilih dirinya di tahun 2014, Ical pasti akan berjuang mati-matian agar persoalan korban Lumpur Lapindo sudah dituntaskan sebelum H pencoblosan.

Apa betul demikian ? Tergantung dari sudut mana kita memandang, dari kubu optimis atau pesimis, dengan  prasangka positip atau negatip, kacamata kawan atau musuh politik  Ical, pandangan golkar atau non golkar, golkarnya Ical atau golkarnya JK dan tentu saja sudut pandang dari para korban yang sudah mendapat ganti rugi atau para korban yang puas hanya gigit jari ?

Kira-kira sampai hari ini, hari dimana Ical diproklamirkan menjadi Capres Golkar, sudah berapa ratus miliar duit  yang tersedot lumpur baik dari yang berasal kas Minarak Lapindo, kas perusahaan kelompok Bakrie  maupun kas pemerintah untuk menangani persoalan lumpur Lapindo. Dan sudah berapa banyak keluarga korban yang betul-betul telah menerima ganti rugi dan ditangani dengan baik dan berapa banyak keluarga yang belum tertangani termasuk pak Hari Suwandi yang terpaksa jalan kaki dari Porong ke Jakarta untuk memperjuangkan nasibnya. Rasanya sih  mustahil jika kelompok Bakrie akan terus-terusan mengeluarkan duit untuk menuntaskan luberan lumpur Lapindo yang banyak ahli geologi pun tidak tahu kapan lumpur itu berhenti menyembur.

Menurut hemat saya pencapresan Ical  oleh Golkar itu bagai usaha menegakan benang basah. Tetapi kita harus ingat,  hanya dalam politik Indonesia-lah  usaha “menegakkan benang basah” bisa dilakukan. Terlalu banyak contoh untuk dikemukakan, sesuatu yang mustahil  bisa diwujudkan dalam praktek politik modern, tetapi di  Indonesia masih bisa terjadi.  Golkar pasti sudah mengetahui dan sangat paham peta politik negeri Panca Sila ini. Mereka sudah memperhitungkan untung-rugi mengusung Ical menjadi capres Golkar.

Demokrat yang menjadi lawan tangguh Golkar dalam dua kali pilpres, telah mencoreng muka sendiri dengan persoalan korup para kader yang masih coba ditutup-tutupi. Jadi siapapun yang dicapreskan oleh Demokrat di tahun 2014 tidak akan bisa mengulangi kemenangan dan kesuksesan SBY dalam dua kali Pilpres, di 2004 maupun 2009. Lalu ada nama  Prabowo yang digadang-gadang sementara kalangan karena mantan Pangkostrad itu memperoleh dukungan terbanyak  dari sekian banyak survei yang dilakukan oleh lembaga konsultan politik.

Tetapi jangan lupa Prabowo masih  memiliki catatan-catatan kelabu yang belum dipublikasikan secara besar-besaran. Catatan itu pasti akan dipublikasikan habis-habisan oleh lawan-lawan politiknya, demi  untuk menjatuhkan reputasi dan elektabilitas Prabowo. Dari “kandang” Banteng Moncong putih, PDIP, mereka hanya bisa mengandalkan dan menjagokan Ibu Mega. Sedangkan kader PDIP yang  lain belum bisa menandingi dan menyamai karisma yang dimiliki oleh putri Bung Karno itu. Kemudian ada nama Surya Paloh. Sialnya Paloh bisa tampak  ”besar” karena pemberitaan TV yang jadi miliknya, dan Paloh belum menjadi pilihan bagi banyak kalangan.

Lalu siapa yang bisa mengalahkan Ical dan juga Golkar ?
Yang bisa mengalahkan Ical adalah do’a mereka yang teraniaya oleh genangan lumpur di Lapindo….

Sekali lagi, dalam politik,  semua yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dalam politik, ”benang basah (masih) bisa ditegakan”. Jadi,  jika sampai sekarang, masih ada (mungkin sedikit, mungkin juga masih banyak)   korban lumpur Lapindo yang stres, maka siap-siap saja.
Siap-siap apa ? siap-siap…….stres

Jakarta, 01 Juli 2012

Penulis : Ismail Solichin


Tidak ada komentar:

Posting Komentar