666
CANBERRA – Apa yang dilakukan Pemerintah Australia ini patut menjadi
contoh Indonesia. Pemerintah Australia kemarin mengumumkan tentang
rencana untuk membuat cagar alam laut terbesar di dunia.
Proposal telah diajukan dan disebutkan bahwa cagar alam itu akan meningkatkan jumlah kawasan lindung dari 27 menjadi 60 dan mencakup wilayah seluas 3,1 juta km persegi atau sekitar sepertiga dari perairan Australia. ”Kami memiliki kesempatan luar biasa untuk mengubah arus perlindungan laut dan Australia dapat memimpin dunia dalam perlindungan laut,” kata Menteri Lingkungan Australia Tony Burke seperti dikutip CNN.
Proposal telah diajukan dan disebutkan bahwa cagar alam itu akan meningkatkan jumlah kawasan lindung dari 27 menjadi 60 dan mencakup wilayah seluas 3,1 juta km persegi atau sekitar sepertiga dari perairan Australia. ”Kami memiliki kesempatan luar biasa untuk mengubah arus perlindungan laut dan Australia dapat memimpin dunia dalam perlindungan laut,” kata Menteri Lingkungan Australia Tony Burke seperti dikutip CNN.
Rencana Australia itu dikemukakan setelah UNESCO memperingatkan bahwa Great Barrier Reef dinyatakan dalam bahaya. ”Tujuan kami adalah untuk melindungi lingkungan laut kita yang unik dan mendukung masyarakat pesisir serta industri kelautan di seluruh negeri.Pada bulan mendatang pemerintah akan berkonsultasi dengan industri dan lembaga pengelola perikanan untuk merancang paket penyesuaian bantuan perikanan,” ungkap Burke.
”Ini saatnya bagi dunia untuk mengubah sudut pada perlindungan laut kita dan Australia hari ini memimpin langkah tersebut.” Sementara itu, WWF Australia memuji rencana itu sebagai contoh penting terhadap dunia.Tempat yang baru akan dibuat ini akan memberikan perlindungan pada cadangan bawah laut terbesar Australia,khususnya zona fraktur Dia mantina di lepas pantai barat daya serta bagian dari Laut Koral untuk lokasi sarang penyu hijau dan kaya akan ikan predator besar serta ikan hiu.
Paulus Gambin dari WWF Australia memperingatkan bahwa beberapa daerah samasama kaya akan keanekaragaman hayati,mungkin karena kedekatannya dengan cadangan yang kaya akan bahan bakar fosil. ”Minyak dan gas bumi bergerak semakin dekat ke tempat Rowley Shoals dan Ningaloo Reef di Offshore, Australia barat,” ujar Gambin seperti dikutip CNN.
”Ini adalah salah satu perhiasan mahkota untuk lingkungan laut Australia dan perairan sekitarnya yang belum pernah dilindungi di bawah program ini.” Namun, aktivis dan kelompok perlindungan lingkungan cenderung kurang puas dengan rencana tersebut setelah menyerukan larangan tentang penangkapan ikan komersial di Laut Karang.
Sementara para nelayan menentang rencana itu karena dinilai bakal mengganggu kehidupan komunitas pesisir, hilangnya ribuan pekerjaan, dan kerugian industri agrikultur. Menurut mereka, sekitar 36.000 pekerjaan akan hilang dan 70–80 operator kapal pukat akan pindah, sementara harga seafood impor akan naik.
Tapi, industri perikanan telah diatur untuk menerima ratusan juta dolar sebagai dana kompensasi. Yayasan Konservasi Australia menyatakan bahwa meskipun rencana itu tidak seperti yang diinginkan, itu adalah prestasi besar dalam hal konservasi laut.
● wenny juanita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar